Tuesday, November 12, 2019

Mendudukan Permasalahan Bid'ah Makruhah


بسم الله الرحمن الرحيم وبه نستعين وعليه التكلان

‌Sebagian orang mendefinisikan bid'ah makruhah sebagai suatu bid'ah ringan yang berkisar pada masalah khilafiyah ijtihadiyah fiqhiyah seperti melafazhkan niat, menjaharkan basmalah dalam sholat, qunut subuh, dsb dengan menukilkan alasan bahwa Imam Nawawi rahimahullah pernah menyatakan bahwa bid'ah makruhah ialah sesuatu yang tidak mendapatkan dosa.‌

‌Fenomena ini dilatarbelakangi oleh pemahaman keliru para pemula dikalangan penuntut ilmu yang hanya membatasi bid'ah pada dua kategori saja yaitu bid'ah mukaffirah dan bid'ah mufassiqah tidak ada yang lain. Kesalahpahaman ini memberikan konsekwensi dengan memfasikkan mentabdi' orang lain yang mengamalkan bid'ah makruhah.

Sebenarnya Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan istilah bid'ah makruhah di kitab beliau (diantaranya minhajussunnah dan majmu' fatawa) namun menurut Prof Dr. Abdullah As-Sahly hafizhahullah (Guru besar bidang Aqidah di Jamiah Malik Saud) bahwa yang dimaksudkan oleh Imam Ibnu Taimiyah sebagai bid'ah makruhah ialah bid'ah yang diharamkan karena dalam syariat istilah makruh juga dimaksudkan untuk sesuatu yang diharamkan tergantung pada konteks pembicaraannya. Syaikh Shalih Al Ushaimi hafizhahullah dalam syarah kitabuttauhid mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan makruh atau "karahah" di kalangan salaf ialah perkara yang diharamkan. Namun perlu dipahami bahwa tingkat keharamannya juga bertingkat-tingkat sebagaimana kefasikan.
‌Dan kelihatannya penggunaan istilah bid'ah makruhah oleh Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah adalah bentuk tanawwu' mushthalahat. Oleh karena itu, kalau kita memperhatikan secara seksama konteks pembahasan beliau maka akan tampak hal tersebut.

Sebagian orang tidak memaknai definisi "ni'mal bid'ah" dalam perkataan Umar bin Khattab radhiallahu anhu sebagai bid'ah secara bahasa (lughawiyah).
‌Memang pada realitanya sebagian orang keliru dalam menyamakan konsekwensi bid'ah berat dari khawarij dll dengan bid'ah ringan. 

Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata:

* مسألة أن كل بدعة في الدين ضلالة محرمة، هذا مما أجمع عليه الصحابة والسلف الصالح، ولم تنتشر البدع إلا بعد القرون الثلاثة الفاضلة حين صارت للروافض والقرامطة دولة، وكثرت الطرق الصوفية النكدة.
--------
ص64 - كتاب اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم - الموضوع العاشر حول مفهوم البدعة - المكتبة الشاملة الحديثة
--------
الرابط:https://al-maktaba.org/book/11620/53#p3

Lebih lanjut beliau rahimahullah berkata
* أن ما اعتاده بعض الناس، أو حتى أكثرهم، في بلاد المسلمين، من الإقرار ببعض البدع، وعملهم لها، وسكوت بعض العلماء عنها، وعمل بعضهم لها، ودعوة آخرين إليها؛ كل هذا لا يصلح دليلًا على أنها بدع حسنة ومقبولة، ومرضية في دين الله؛ لأن الدليل المجمع عليه إنما هو كتاب الله، أو سنة رسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم وسنة الخلفاء الراشدين والإجماع، وهذه الأصول كلها تبطل البدع، أما مجرد أعمال وأقوال تصدر من بعض المسلمين أو أكثرهم- وإن سموا علماء- فهذا لا يصير دليلًا بالإجماع.
--------
ص64 - كتاب اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم - الموضوع العاشر حول مفهوم البدعة - المكتبة الشاملة الحديثة

Selayaknya dapat difahami bahwa sudah menjadi konsekwensi ketika kita melemahkan suatu pendapat karena pertimbangan dalil-dalil yang digunakan lemah, maka tentu saja kita akan berkesimpulan bahwa amalan itu bid'ah atau haram misalnya. Dan ini adalah perkara yang biasa/lumrah bagi para ulama menyikapinya. Misalnya pendirian Imam Ahmad rahimahullah tentang bid'ahnya qunut subuh terhadap Imam Syafii rahimahullah yang membolehkan qunut subuh. Hanyasaja tidak boleh menerapkan penerapan konsekwensi bid'ah-bid'ah ushuliyah dalam bid'ah masalah ijtihadiyah.‌ 

Kalau kita mendudukan persoalan bid'ah makruhah secara menyeluruh maka tentu kita akan mengembalikan kepada hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam "kullu bid'atun dhalalah" maka dapat difahami secara manthuq bahwa semua bid'ah itu sesat namun secara tafshil tingkat kesesatannya bertingkat-tingkat dan berbeda. Demikian halnya dengan dosa dan kemaksiatan yang bertingkat-tingkat yaitu ada dosa besar ada dosa kecil atau dengan contoh lain ada kufur akbar ada kufur asghar, ada syirik akbar yang mengeluarkan dari keislaman ada juga syirik asghar yang mengurangi kesempurnaan iman.
والله تعالى أعلم بالصواب

Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari perkara bid’ah dalam agama ini.

No comments:

Post a Comment