Wednesday, November 27, 2019

Keikhlasan akan Mengantarkan Kepada Ridho Ilahi

(Serial Tadabbur Al Qur’an surah Al Isra ayat 18-19)
Kultum Masjid Al Muhsinin Pare Kediri, Rabu 27 11 2019

Suatu kenikmatan yang teramat besar yang Allah subhanahu wata’ala karuniakan kepada kita semua sehingga kita dapat berkumpul di masjid yang mulia ini yaitu di kampung Inggris pare Kediri -semoga Allah menjaganya dan kita semua dari segala keburukan- yakni berkumpul dalam kebaikan dan ketaatan kepadaNya insyallah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman
مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا [الإسراء : 18]
( 18 )   Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami siapkan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.

Yang dimaksud dengan الْعَاجِلَةَ (Al Aajilah) dalam ayat ini sebagaimana dikatakan oleh imam Al Baghawi rahimahullah ialah kehidupan dunia

dalam tafsir Attobari disebutkan bahwa berkata tabiin Qatadah rahimahullah 
قوله ( مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ) يقولمن كانت الدنيا همّه وسدمه وطلبته ونيته، عجَّل الله له فيها ما يشاء، ثماضطرّه إلى جهنم، 
Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai angan-angannya, impian, permintaan dan niatnya maka akan disegerakan baginya bagi siapa yang dikehendaki  namun kelak akan dicampakkan ke dalam neraka.
قال ( ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا ) مذموما في نعمة الله مدحورا في نقمة الله.
Berbangga-bangga dalam nikmat tapi terjatuh kelak dalam siksa Allah 

وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا [الإسراء : 19]
( 19 )   Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.

Qatadah mengatakan
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا ) شكر الله لهم حسناتهم، وتجاوز عن سيئاتهم.
Allah taala membalas kebaikan mereka dan mengampuni kesalahan-kesalahan mereka.

Kehadiran kita di kampung Inggris ini tentu saja memiliki tujuan dan pencapaian yang berbeda-beda. Ada mungkin diantara kita yang datang dari jauh untuk belajar di sini dalam rangka mengejar targetnya. Dan ada jug yang mungkin punya harapan-harapan yang tidak sama dengan yang lain. Ada yang datang belajar bahasa Arab dan ada juga yang belajar bahasa Inggris dan ada juga yang merupakan penduduk sini.

Tidaklah menjadi suatu masalah manakala kita memiliki tujuan yang berbeda namun tujuan-tujuan yang kita rencanakan itu hendaknya dalam satu kerangka tujuan utama yaitu meraih keridhaan Allah subhanahu wata’ala.

Dan keridhaan Allah taala itu hanya diperoleh dengan keikhlasan. Jadi, kita datang belajar bahasa Arab karena kita ingin memahami Al Quran, atau karena ingin pandai ngomong bahasa Arab, kita belajar bahasa Inggris karena kita ingin kuliah di luar negeri misalnya.
Maka hal itu tidak mengapa sepanjang kita jadikan keridhaan Allah sebagai tujuan utama kita. Suatu waktu nanti setelah target kita tercapai misalnya kuliah di luar negeri lalu kita selesai dan bercita-cita kembali memanfaatkan ilmu kita untuk kemajuan ummat dan bangsa maka ini ialah suatu hal yang terpuji, kita ingin hebat dalam bahasa Arab agar kelak faham Al Quran dan Al Hadits lalu mengajarkan kepada ummat maka ini suatu amalan yang mulia.

Akan tetapi perlu kita tekankan dan senantiasa saling mengingatkan tentang pentingnya keikhlasan dalam niat kita. 
Kepada siapa niat itu kita sandarkan?
Apakah Kita ke masjid solat berjamaah lillahi taala tidak ada niat lain karena riya?
Apakah aktivitas-aktivitas keseharian yang kita lakukan hanya sebagai rutinitas duniawi semata? ataukah sekedar mencari popularitas dan ketenaran di tengah-tengah manusia?

Dalam suatu hadits yang sering kali kita dengarkan, bahwasanya dari sahabat Umar bin khattab radhiallahu anhu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda
 إنمََّا لأَْعْمَالُ بِالنّيَّاتِوَإِنما لِكُلّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Umar secara bersendirian dimana dalam ilmu Hadits disebut sebagai Hadits Ahad, ijma para ulama menjadikannya sebagai hujjah pada dua hal:
  1. خبر عن حُكم الشريعة على العمل.
Bahwa hukum syariat suatu amalan (diterima atau ditolak) tergantung pada niatnya.
  1. خبر عن حُكم الشريعة على العامل
Orang yang beramal akan mendapatkan pahala sesuai dengan apa yang diniatkan.

Dari sinilah para ulama yang mengatakan boleh jadi suatu amalan terlihat kecil di mata manusia namun besar dihadapan Allah taala karena niatnya yang berbeda. Mungkin ada dua orang yang berdiri pada satu saf dengan shalat yang sama namun pahalanya berbeda disebabkan niatnya yang berbeda.

Dalam lanjutan hadits ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberi satu contoh amalan yaitu berhijrah
  1. المهاجر إلى الله ورسوله. Orang yang berhijrah kepada Allah dan rasulnya

📎 وأعاد الجزاء بصيغة العمل للإعلام بثبوث أجرهفَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى ال وَرَسُولِهِ نيّةً وقصدافَهِجْرَتُهُ إلَى ال وَرَسُولِه أجرًا وثوابا.
Karena niat hijrahnya kepada Allah dan rasulnya maka ia mendapatkan pahala sesuai dengan niatnya.
  1. المهاجر لغير ال ورسوله صلى الله عليه وسلم Orang yang berhijrah kepada selain Allah dan rasulNya
  2. 📎 فلم يصب من هجرته إلا كونه تاجرًا إذا أصاب دنيا أو ناكحا إذا تزوج امرأةً.
Dia tidak mendapatkan ganjaran pahala atas hijrahnya melainkan sebagai pedagang yang akan mendapatkan tujuan dunianya ataupun menikah jika tujuannya untuk menikahi wanita karena semata-mata tujuan dunia ingin yang dicapai.

💡 واخـتـار الـنـبـي صلى الله عليه وسلم ضـرب المـثـال بـالـهـجـرة لأنـه عـمـل لـم تـكـن تـعـرفـه الـعـرب قـبـل الإسـلامفـإن الـعـرب لـم تـكـنلـتـتـرك بـلادهـا إلا لعدوّ يَغلب أو ربيع يُطلب
Rasulullah mencontohkan hijrah dalam hadits ini karena ia suatu pekerjaan yang berat dan memiliki tantangan yang berat pula. Hijrah itu tidak dikenali orang Arab sebelum Islam, dan orang-orang Arab itu tidak meninggalkan negerinya kecuali jika mereka terkalahkan musuh mereka atau cuaca yang panas sehingga mereka mencari daerah yang lebih dingin cuacanya.

Diantara ulama ada yang mengatakan tidak ada suatu yang paling sulit saya perbaiki melainkan keikhlasan saya. Namun pengaruh keikhlasan itu akan terasa dan tertinggal membekas. Sedangkan sesuatu yang dikerjakan dengan tujuan selain Allah maka akan hilang begitu saja. 

lihatlah misalnya diantara karya-karya para ulama dahulu, Kitab Hadits arbain Nawawiyah yang ditulis oleh imam Nawawi rahimahullah suatu kitab yang tipis memuat 42 Hadits saja namun dihafalkan, ditelaah, dipelajari dan dikaji dimana-mana hingga saat ini. Sementara pada waktu yang sama sebagaimana kata para ulama ada juga kitab arbain juga yang dikarang di zamannya namun tidak menjadi masyhur, mungkin saja karena faktor keikhlasan. Wallahu a’lam. Niat dan keikhlasan itu tempatnya di hati hanya antara kita dan sang pencipta yang mengetahuinya.

Oleh karena itu, mari kita sama-sama memperbaiki niat masing-masing-masing mengikhlaskan semata-mata karenaNya demi menggapai keridhaanNya agar kelak kita dimasukkan ke dalam syurga Firdaus.  Sesungguhnya Yusuf alaihissalam diselamatkan dari fitnah wanita karena keikhlasannya. 
إنه من عبادنا المخلصين
Sesungguhnya ia merupakan diantara hamba-hambaKu yang ikhlas.

No comments:

Post a Comment