Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Perjalanan siang-malam terus silih berganti tanpa mengenal
lelah. Takkan pernah jarum detik kan bergerak mundur mengulang sketsa kehidupan
yang telah berlalu. Rembulan bersinar lagi pada 15 purnama Dzulhijjah
bertepatan pada 8 Oktober di kota Riyadh, kota tempatku merajut asa dan
menuntut ilmu. Kupandangi indahnya cahaya rembulan seraya berpikir sungguh tiada
terasa pertambahan umurpun semakin mendekati hari tua. Masa remaja dan kebelian
yang penuh kebugaran pun kan berakhir. Sepertiga umur Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam sampai sudah. Tanggung jawab pun semakin bertambah.
Renungan kehidupan kini bermula, beribu pertanyaan kian
menghampiri, apakah yang telah kupersembahkan untuk diriku, keluargaku dan umat
Islam. Perjalanan hidup terasa menemui
aralnya tatkala kini kuterpekuk diam membisu tak mampu memberi arti dan makna kehidupan.
Bahkan kularut dalam kebingungan pada sejuta khayal dan impian yang tak kunjung
usai. Wahai Rabbku, berikanlah petunjuk-Mu.
Ayah Bunda, Maafkan Anakmu …
Dititik ini pula tiba-tiba tersentak akan suatu hal yang
manusia banyak lalai padanya, banyak diantara orang-orang terperdaya akan diri
sendiri. Mereka lupa sosok manusia yang sangat dimuliakan oleh Allah Rabbul
Izzah. Mereka tidak menyadari bahwa orang itulah yang membesarkannya,
mendidiknya dan mengasuhnya hingga ia mengenal dunia sebaik-baiknya.
Betapa
malanglah manusia yang telah lupa akan jasa kedua orang tuanya. Kalaulah
sekiranya jasa itu dibalaskan dengan upah maka sungguh tiada memberi nilai atas
mereka. Namun hari ini aku memohon maaf wahai ayah dan bundaku karena belum ada
sesuatu apapun yang dapat aku persembahkan kepada kalian.
Ya, disaat orang lain
telah menyingsingkan lengan bajunya untuk baktinya kepada kedua orang tuanya
namun disini aku lalai larut dalam egoku. Mungkin hanya air mata dan tangis
tanda penyesalan sebab belum dapat berbakti kepada kalian yang hanya mungkin aku
hadirkan untuk kalian wahai ayah bundaku yang tercinta.
Jiwa selalu kering dan
hati selalu meronta dan merana merindukan kalian. Karena kalian adalah manusia
yang memberi arti kehidupan padaku. Oh…. Betapa malang nian diriku, sungguh Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam telah bersabda yang artinya “Celaka seseorang
yang ibu-bapanya masih hidup dan tidak dapat menghantarkan mereka masuk surga”.
Ampunilah Aku Ya Allah… Kuingin Menelusuri Jalan-Mu
hingga Akhir Hayatku
Pada hubunganku kepada Sang Penciptaku aku harus menyadari
akan diriku yang masih larut dalam gelimang dosa, Ya Allah kemana hamba-Mu
harus mengadu melainkan kepada-Mu, kemana segala keluh kesah ini harus
kuungkapkan kecuali hanya Engkau. Kutahu betapa hawa nafsu kadang-kadang
menjatuhkanku dalam kemaksiatan kepada-Mu namun sejujurnya hati ini tulus bukan
karena ingin membangkang dan menantang hukum-Mu Wahai Rabbku, namun tipu daya
iblis lah yang telah menjeratkanku kedalam kedurhakaanku kepada-Mu Ya Allah.
Maka pada hari ini ku ingin lebih baik dari hari-hari yang
telah berlalu. Di usiaku yang semakin dewasa dan matang, Ku ingin ada dalam
taubat dan hidup dalam kepasrahan diatas Islam dan Sunnah hingga ajalku
menjemput kelak. Kuingin hidup dalam cinta dan keridhaan Ilahi. Maka tiada yang lebih
patut dan selayaknya aku lakukan melainkan taubat atas dosa-dosa dan
kelalaianku kepada-Mu wahai Rabbku.
Ya Allah… sesungguhnya Engkau adalah Rabbku, tiada
sesembahan yang benar melainkan Engkau, Engkaulah yang telah mencipatakan aku,
dan aku adalah hamba-Mu, dan aku berada dalam perjanjian kepada-Mu sekemampuanku,
aku berlindung kepadamu dari keburukan yang telah kuperbuat, aku mengakui atas
nikmat-Mu kepadaku, aku mengakui atas dosa-dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku,
karena sesungguhnya tiada yang dapat mengampunkan dosa melainkan Engkau.
Kaisar Abdullah
KSU Univ. Housing, Room 411 Building 31 Wing 2, Riyadh
15 12 1435 / 08 10 2014