Friday, November 29, 2019

Tips Belajar Bahasa Asing

Intisari dari jawaban kepada salah seorang jamaah masjid ba'da solat isya di Masjid Al Muhsinin Pare, 28 11 2019

Pada dasarnya mempelajari suatu bahasa baru bagi seseorang akan meningkatkan kecerdasan dan memperluas wawasan. Karena bahasa baru itu ialah budaya baru yang akan kita pelajari. 
Seseorang dikatakan menguasai suatu bahasa jika benar-benar cakap dalam bahasa tersebut. 
Kecakapan dalam berbahasa diukur dari empat kompetensi:
  1. ‌Mendengarkan
  2. ‌Berbicara
  3. ‌Membaca
  4. ‌Menulis
Dalam mempelajari bahasa baru maka tingkatan diatas harus dilakukan secara berurutan.
Sebagai contoh misalnya yaitu mari menerapkan konsep diatas dalam Bahasa Arab. Karena Bahasa Arab adalah bahasa Al Qur'an selayaknya setiap muslim mempelajari.

Diantara tips-tips belajar bahasa Arab ialah;

1. Jika seseorang mau mempelajari bahasa Arab maka ia terlebih dahulu lebih banyak mendengarkan (إستماع) meskipun belum faham keseluruhan. Dengan menonton film kartun berbahasa Arab yang bahasanya lebih mudah dan mendengarkan ceramah berbahasa Arab yang bahasanya sederhana maka Hal ini akan membantu kita untuk menyimpan kosakata (مفردات) baru dan setelah itu kita mencari maknanya.

2. Apa yang telah didengarkan maka sebaiknya dipraktekkan dalam pembicaraan. Menghafalkan kosakata tanpa mempraktekkannya maka hasilnya nihil, karena bisa saja kita lupa jika kosakata tersebut tidak dipakai. Berarti kita telah melangkah pada tahapan yang kedua yaitu berbicara (محادثة). Cobalah untuk mencari orang-orang yang dapat diajak berbahasa Arab. Dan lebih baik adalah orang Arab yang lancar berbahasa arab (الناطق). Dalam menggunakan suatu bahasa semestinya kita mengikuti budaya (الثقافة) bahasa itu sendiri, tidak menerjemahkan rasa bahasa ibu kita kedalam bahasa Arab atau bahasa asing lain yang kita pelajari.

3. Dalam tahapan yang ketiga ialah berusaha membaca teks-teks yang menggunakan bahasa sederhana termasuk diantaranya kitab kecil (كتيب) karangan ulama yang bahasanya tidak terlalu sulit. Misalnya arkanul iman oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah. Atau aqidatutauhid karya Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah dan yang semisalnya.

4.  Jika seseorang telah melewati tiga tahapan diatas maka cobalah untuk berlatih menulis. Dan tentu saja ini ialah tahapan yang lebih tinggi yang memerlukan pemahaman yang baik dalam tata bahasa Arab (نحوى). Namun diharapkan dalam tahapan ini sebaiknya tahapan-tahapan sebelumnya dianggap matang.

Perlu  diketahui bawwa sebaiknya para pemula dalam bahasa Arab tidak terlalu fokus pada pelajaran nahwu namun sebaiknya memulai dengan melatih keberanian berbicara selanjutnya boleh mempelajari dan menerapkan sedikit demi sedikit konsep nahwu yang trlah dipelajari namun jangan terlalu idealis dalam menerapkannya mengingat tingkatannya masih pemula. Oleh karena itu para pengajar bahasa sebaiknya lebih banyak memberi toleransi kepada kesalahan pembelajar pada tingkatan pemula. Banyak memberikan motivasi kepada mereka sampai mereka benar-benar mencintai bahasa barunya. Jika mereka telah jatuh cinta dengan bahasa barunya maka mereka akan siap menerima teguran nantinya ketika menemui kesalahan berbahasa.

Wallahu a'lam


Semoga Allah Ta'ala memberikan taufik-Nya kepada kita semuanya dan kecakapan dalam berbahasa Arab.

Wednesday, November 27, 2019

Keikhlasan akan Mengantarkan Kepada Ridho Ilahi

(Serial Tadabbur Al Qur’an surah Al Isra ayat 18-19)
Kultum Masjid Al Muhsinin Pare Kediri, Rabu 27 11 2019

Suatu kenikmatan yang teramat besar yang Allah subhanahu wata’ala karuniakan kepada kita semua sehingga kita dapat berkumpul di masjid yang mulia ini yaitu di kampung Inggris pare Kediri -semoga Allah menjaganya dan kita semua dari segala keburukan- yakni berkumpul dalam kebaikan dan ketaatan kepadaNya insyallah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman
مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا [الإسراء : 18]
( 18 )   Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami siapkan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.

Yang dimaksud dengan الْعَاجِلَةَ (Al Aajilah) dalam ayat ini sebagaimana dikatakan oleh imam Al Baghawi rahimahullah ialah kehidupan dunia

dalam tafsir Attobari disebutkan bahwa berkata tabiin Qatadah rahimahullah 
قوله ( مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ) يقولمن كانت الدنيا همّه وسدمه وطلبته ونيته، عجَّل الله له فيها ما يشاء، ثماضطرّه إلى جهنم، 
Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai angan-angannya, impian, permintaan dan niatnya maka akan disegerakan baginya bagi siapa yang dikehendaki  namun kelak akan dicampakkan ke dalam neraka.
قال ( ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا ) مذموما في نعمة الله مدحورا في نقمة الله.
Berbangga-bangga dalam nikmat tapi terjatuh kelak dalam siksa Allah 

وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا [الإسراء : 19]
( 19 )   Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.

Qatadah mengatakan
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا ) شكر الله لهم حسناتهم، وتجاوز عن سيئاتهم.
Allah taala membalas kebaikan mereka dan mengampuni kesalahan-kesalahan mereka.

Kehadiran kita di kampung Inggris ini tentu saja memiliki tujuan dan pencapaian yang berbeda-beda. Ada mungkin diantara kita yang datang dari jauh untuk belajar di sini dalam rangka mengejar targetnya. Dan ada jug yang mungkin punya harapan-harapan yang tidak sama dengan yang lain. Ada yang datang belajar bahasa Arab dan ada juga yang belajar bahasa Inggris dan ada juga yang merupakan penduduk sini.

Tidaklah menjadi suatu masalah manakala kita memiliki tujuan yang berbeda namun tujuan-tujuan yang kita rencanakan itu hendaknya dalam satu kerangka tujuan utama yaitu meraih keridhaan Allah subhanahu wata’ala.

Dan keridhaan Allah taala itu hanya diperoleh dengan keikhlasan. Jadi, kita datang belajar bahasa Arab karena kita ingin memahami Al Quran, atau karena ingin pandai ngomong bahasa Arab, kita belajar bahasa Inggris karena kita ingin kuliah di luar negeri misalnya.
Maka hal itu tidak mengapa sepanjang kita jadikan keridhaan Allah sebagai tujuan utama kita. Suatu waktu nanti setelah target kita tercapai misalnya kuliah di luar negeri lalu kita selesai dan bercita-cita kembali memanfaatkan ilmu kita untuk kemajuan ummat dan bangsa maka ini ialah suatu hal yang terpuji, kita ingin hebat dalam bahasa Arab agar kelak faham Al Quran dan Al Hadits lalu mengajarkan kepada ummat maka ini suatu amalan yang mulia.

Akan tetapi perlu kita tekankan dan senantiasa saling mengingatkan tentang pentingnya keikhlasan dalam niat kita. 
Kepada siapa niat itu kita sandarkan?
Apakah Kita ke masjid solat berjamaah lillahi taala tidak ada niat lain karena riya?
Apakah aktivitas-aktivitas keseharian yang kita lakukan hanya sebagai rutinitas duniawi semata? ataukah sekedar mencari popularitas dan ketenaran di tengah-tengah manusia?

Dalam suatu hadits yang sering kali kita dengarkan, bahwasanya dari sahabat Umar bin khattab radhiallahu anhu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda
 إنمََّا لأَْعْمَالُ بِالنّيَّاتِوَإِنما لِكُلّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Umar secara bersendirian dimana dalam ilmu Hadits disebut sebagai Hadits Ahad, ijma para ulama menjadikannya sebagai hujjah pada dua hal:
  1. خبر عن حُكم الشريعة على العمل.
Bahwa hukum syariat suatu amalan (diterima atau ditolak) tergantung pada niatnya.
  1. خبر عن حُكم الشريعة على العامل
Orang yang beramal akan mendapatkan pahala sesuai dengan apa yang diniatkan.

Dari sinilah para ulama yang mengatakan boleh jadi suatu amalan terlihat kecil di mata manusia namun besar dihadapan Allah taala karena niatnya yang berbeda. Mungkin ada dua orang yang berdiri pada satu saf dengan shalat yang sama namun pahalanya berbeda disebabkan niatnya yang berbeda.

Dalam lanjutan hadits ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberi satu contoh amalan yaitu berhijrah
  1. المهاجر إلى الله ورسوله. Orang yang berhijrah kepada Allah dan rasulnya

📎 وأعاد الجزاء بصيغة العمل للإعلام بثبوث أجرهفَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى ال وَرَسُولِهِ نيّةً وقصدافَهِجْرَتُهُ إلَى ال وَرَسُولِه أجرًا وثوابا.
Karena niat hijrahnya kepada Allah dan rasulnya maka ia mendapatkan pahala sesuai dengan niatnya.
  1. المهاجر لغير ال ورسوله صلى الله عليه وسلم Orang yang berhijrah kepada selain Allah dan rasulNya
  2. 📎 فلم يصب من هجرته إلا كونه تاجرًا إذا أصاب دنيا أو ناكحا إذا تزوج امرأةً.
Dia tidak mendapatkan ganjaran pahala atas hijrahnya melainkan sebagai pedagang yang akan mendapatkan tujuan dunianya ataupun menikah jika tujuannya untuk menikahi wanita karena semata-mata tujuan dunia ingin yang dicapai.

💡 واخـتـار الـنـبـي صلى الله عليه وسلم ضـرب المـثـال بـالـهـجـرة لأنـه عـمـل لـم تـكـن تـعـرفـه الـعـرب قـبـل الإسـلامفـإن الـعـرب لـم تـكـنلـتـتـرك بـلادهـا إلا لعدوّ يَغلب أو ربيع يُطلب
Rasulullah mencontohkan hijrah dalam hadits ini karena ia suatu pekerjaan yang berat dan memiliki tantangan yang berat pula. Hijrah itu tidak dikenali orang Arab sebelum Islam, dan orang-orang Arab itu tidak meninggalkan negerinya kecuali jika mereka terkalahkan musuh mereka atau cuaca yang panas sehingga mereka mencari daerah yang lebih dingin cuacanya.

Diantara ulama ada yang mengatakan tidak ada suatu yang paling sulit saya perbaiki melainkan keikhlasan saya. Namun pengaruh keikhlasan itu akan terasa dan tertinggal membekas. Sedangkan sesuatu yang dikerjakan dengan tujuan selain Allah maka akan hilang begitu saja. 

lihatlah misalnya diantara karya-karya para ulama dahulu, Kitab Hadits arbain Nawawiyah yang ditulis oleh imam Nawawi rahimahullah suatu kitab yang tipis memuat 42 Hadits saja namun dihafalkan, ditelaah, dipelajari dan dikaji dimana-mana hingga saat ini. Sementara pada waktu yang sama sebagaimana kata para ulama ada juga kitab arbain juga yang dikarang di zamannya namun tidak menjadi masyhur, mungkin saja karena faktor keikhlasan. Wallahu a’lam. Niat dan keikhlasan itu tempatnya di hati hanya antara kita dan sang pencipta yang mengetahuinya.

Oleh karena itu, mari kita sama-sama memperbaiki niat masing-masing-masing mengikhlaskan semata-mata karenaNya demi menggapai keridhaanNya agar kelak kita dimasukkan ke dalam syurga Firdaus.  Sesungguhnya Yusuf alaihissalam diselamatkan dari fitnah wanita karena keikhlasannya. 
إنه من عبادنا المخلصين
Sesungguhnya ia merupakan diantara hamba-hambaKu yang ikhlas.

Saturday, November 16, 2019

Tiada Yang Baru Dengan Salafiy

Bunga Rampai Soal-Jawab Seputar Salafy
Abu Abdirrahman Alu Duri

Pasir Puteh

Apakah itu salafiy?
Salaf itu berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa berarti pendahulu atau terdahulu sedangkan salafiy itu sendiri berarti pengikut salaf. Jadi makna salafiy ialah orang yang mengikuti salaf.

Siapakah mereka para salaf?
Mereka adalah orang saleh terdahulu yang dimulai dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kemudian diikuti oleh para sahabat beliau radhiyallahu anhum dan para tabiin rahimahullah. Mereka juga disebut sebagai generasi terbaik. Atau juga disebut dengan salafussaleh.

Adakah dalilnya?
Iya ada. Dalam hadits ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berwasiat kepada Puteri beliau Fatimah radhiyallahu anha;  beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لا أرى الأجل إلاّ قد اقترب، فاتقي الله واصبري، فإنه نعم السلف أنا لك
Maknanya:
Saya tidak melihat kematian melainkan ia telah mendekat, maka bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, sesungguhnya saya adalah sebaik-baik salaf (pendahulu) bagi kamu. HR. Muslim

Bolehkah menyebut diri bahwa "saya salafiy"?
Salafi itu ialah manhaj atau metode atau cara bukan golongan dan kelompok tertentu.
Siapapun berhak mengklaim atau menisbatkan dirinya kepada salafi. Namun perlu diketahui ketika mengaku diri sebagai salafiy dengan niat untuk menyucikan diri dan menganggap diri lebih benar daripada yang lain maka perkara ini adalah terlarang.
Allah Ta'ala berfirman:
فلا تزكوا أنفسكم هو أعلم بمن اتقى
Maknanya:
Dan janganlah kalian menyucikan (menganggap suci) diri kalian kerana Dia (Allah Ta'ala) lah yang Maha Mengetahui siapa diantara kalian  yang paling bertakwa.

Siapakah yang berhak mengeluarkan seseorang dari salafiy?
Salafiy itu sebenarnya ialah Islam itu sendiri. Jadi, tidak ada yang berhak mengeluarkan seseorang atau kelompok dari salafiy melainkan perkara yang telah mengeluarkan dari Islam. Salafy bukanlah sebuah syarikat perusahaan yang dengan mudah mengeluarkan seseorang darinya.

Bolehkah mengatakan si fulan itu bukan salafy?
Hukum asal ialah tidak boleh, melainkan orang tersebut melakukan amalan-amalan yang telah jelas mengeluarkan dirinya dari salafy atau telah menyatakan permusuhannya kepada salafy. Namun sebab permusuhannya perlu dirinci apakah kerana jahil/tidak tahu ataukah kerana benci.

Apakah salafiy memecah belah umat Islam?
Istilah Salafiy biasanya dipergunakan ketika berhadapan dengan ahli bid'ah seperti syiah rafidhah, khawarij dan golongan yang menyimpang lainnya. Salafiy ialah nama lain dari ahlussunah waljamaah, ahlulhadits, thoifah al manshuroh dan firqatunnajiyah. Tidak dapat dielakkan bahwa dalam Islam ini telah ada golongan yang mengajak kepada penyimpangan. Namun ini adalah suatu sunnatullah yang berlaku di muka bumi ini. Bagi siapapun yang berpegang teguh diatas sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka merekalah salafiy atau ahlussunnah.

Benarkah salafiy anti mazhab?
Sebenarnya orang yang berusaha sedaya upaya untuk mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentulah akan senantiasa mencari amalan yang berdasarkan pada dalil-dalil Al Qur'an dan Assunnah serta ijmak. Namun bukan berarti mereka anti kepada mazhab, kerana pada hakikatnya seorang salafiy itu sangat menghargai dan mencintai para ulama mazhab.

Kenapa mesti ada nama salafiy?
Penamaan salafiy pada dekade terakhir ini banyak dilaungkan kembali oleh seorang pakar hadits negeri Syam Al Allamah Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddim Al Albani rahimahullah sebagai reaksi terhadap fenomena kejumudan dan kekakuan dalam bermazhab. Beliau menegaskan kembali istilah salafiy ini untuk membuang perilaku fanatik dan keta'asuban dalam bermazhab. Namun salafy bukanlah sebuah kelompok ekslusif yang dimiliki oleh orang-orang tertentu saja.

Metode Mencetak Ulama

Mengenal Barnamij Minhatu Al Muta'allim


Barnamij Minhatu Al Muta'allim adalah suatu program kegiatan pembelajaran (mudarasah) matan-matan induk yang disupervisi langsung oleh Ma'aly Asy Syaikh Shalih bin Hamad Al Ushaimi hafizhahullah. 

Kegiatan ini merupakan bentuk follow-up dari daurah muhimmat al ilmi yang diadakan di Masjid Nabawi. Kegiatan ini mewajibkan kepada pesertanya untuk menghafalkan 20 matan-matan yang telah ditentukan serta menguasai syarah Syaikh Shalih Al Ushaimi hafizhahullah terhadap matan-matan tersebut. Dalam setiap pekan diadakan halaqah mudarasah dari para peserta bersama syaikh yang merupakan murid dari syaikh. 

Target penyelesaian program ini adalah 2 tahun. Selain itu diharapkan kepada peserta untuk menghadiri durus berkelanjutan diluar program ini membahas matan tersebut tiap pekan meskipun tidak wajib.

Matan-matan tersebut bersanad hingga ke penulisnya dan diberikan oleh Syaikh Shalih Al Ushaimi hafizhahullah di akhir pengkhataman setiap kitab di daurah muhimmat al ilmi.
Matan-matan tersebut ialah:
1. Ta'zhim Al Ilmi
2. Tsalalatsatu Al Ushul
3. Qawaid Al Arba'
4. Kitab Tauhid
5. Aqidah Al Wasithiyyah
6. Arbain An Nawawiyah
7. Kasyfu Asysyubuhat
8. Al Waraqat
9. Nukhbatu Al Fikr
10. Al Adab Al Asyara
11. Al Khulasatu Al Hasna
12. Al Baqiyatussholihat
13. Al Muqaddimah Al Fiqhiyah Ash-shugra
14. Tafsir Al Fatihah Was Qishar Al Mufashshol
15. Fadhlu Al Islam
16. Muqaddimah Ushul Attafsir
17.  Al Muqaddimah Al Ajurromiyah
18.  Bahjatu atthalab fi adab atthalib
19. Azziyadatu Arrajabiyah
20. Manzhumah Al Qawaid Al Fiqhiyah

Tuesday, November 12, 2019

Terjemah Al Qashidah Al Laamiyah Ibnu Taimiyah rahimahullah (661-727 H)



1. Wahai yang bertanya tentang mazhab dan akidahku Semoga diberikan petunjuk bagi yang bertanya tentang hidayah

2. Dengarkanlah perkataan muhaqqiq dalam pernyataannya tidak berpaling diatasnya tidak pula berubah

3. Cinta sahabat seluruhnya mazhab bagiku Menyayangi ahli bait, dengannya kubertawassul

4. Dan tiap mereka punya kemuliaan yang tinggi serta keutamaan namun Asshiddiq yang paling afdhal diantara mereka

5. Dan aku menyatakan di dalam Al Qur'an telah datang dengannya ayat-ayat mulia dan ia diturunkan

6. Dan aku berkata Allah Jalla Jalaluh berfirman dan Al Musthofa yang diberi petunjuk dan aku tidak mentakwilkannya

7. Semua ayat-ayat sifat diperintahkan kepada kebenaran sebagaimana dinukilkan dari para pendahulu

8. Dan aku kembalikan kepada pembawanya dan aku menjaganya dari penghayalan

9. Buruklah bagi yang membelakangi Al Qur'an dan sekiranya ia berdalil maka dia berkata Akthal berkata

10. Dan orang beriman benar-benar melihat Rabb nya dan di atas langit tanpa membagaimanakan Dia turun.

11. Dan aku mengakui timbangan dan telaga yang aku berharap kelak meneguknya hingga lepas dahagaku

12. Demikian juga shirath yang membentang diatas jahannam maka keselamatanlah yang melaluinya dan yang lain ada yang terjatuh

13. Dan neraka dimasuki orang durjana dengan kebijaksanaan-Nya demikian juga orang bertakwa kepada syurga ia memasuki

14. Bagi yang hidup, berakal pada kuburnya amalan penemannya disana dan akan ditanya

15. Ini adalah aqidah Syafii, Malik, Abu Hanifah kemudian Ahmad yang diambil

16. Jikalau engkau mengikuti jalan mereka maka engkau orang yang diberi taufik dan jikalau engkau mengada-ngada maka tiada bagimu melainkan sesal

Mendudukan Permasalahan Bid'ah Makruhah


بسم الله الرحمن الرحيم وبه نستعين وعليه التكلان

‌Sebagian orang mendefinisikan bid'ah makruhah sebagai suatu bid'ah ringan yang berkisar pada masalah khilafiyah ijtihadiyah fiqhiyah seperti melafazhkan niat, menjaharkan basmalah dalam sholat, qunut subuh, dsb dengan menukilkan alasan bahwa Imam Nawawi rahimahullah pernah menyatakan bahwa bid'ah makruhah ialah sesuatu yang tidak mendapatkan dosa.‌

‌Fenomena ini dilatarbelakangi oleh pemahaman keliru para pemula dikalangan penuntut ilmu yang hanya membatasi bid'ah pada dua kategori saja yaitu bid'ah mukaffirah dan bid'ah mufassiqah tidak ada yang lain. Kesalahpahaman ini memberikan konsekwensi dengan memfasikkan mentabdi' orang lain yang mengamalkan bid'ah makruhah.

Sebenarnya Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan istilah bid'ah makruhah di kitab beliau (diantaranya minhajussunnah dan majmu' fatawa) namun menurut Prof Dr. Abdullah As-Sahly hafizhahullah (Guru besar bidang Aqidah di Jamiah Malik Saud) bahwa yang dimaksudkan oleh Imam Ibnu Taimiyah sebagai bid'ah makruhah ialah bid'ah yang diharamkan karena dalam syariat istilah makruh juga dimaksudkan untuk sesuatu yang diharamkan tergantung pada konteks pembicaraannya. Syaikh Shalih Al Ushaimi hafizhahullah dalam syarah kitabuttauhid mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan makruh atau "karahah" di kalangan salaf ialah perkara yang diharamkan. Namun perlu dipahami bahwa tingkat keharamannya juga bertingkat-tingkat sebagaimana kefasikan.
‌Dan kelihatannya penggunaan istilah bid'ah makruhah oleh Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah adalah bentuk tanawwu' mushthalahat. Oleh karena itu, kalau kita memperhatikan secara seksama konteks pembahasan beliau maka akan tampak hal tersebut.

Sebagian orang tidak memaknai definisi "ni'mal bid'ah" dalam perkataan Umar bin Khattab radhiallahu anhu sebagai bid'ah secara bahasa (lughawiyah).
‌Memang pada realitanya sebagian orang keliru dalam menyamakan konsekwensi bid'ah berat dari khawarij dll dengan bid'ah ringan. 

Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata:

* مسألة أن كل بدعة في الدين ضلالة محرمة، هذا مما أجمع عليه الصحابة والسلف الصالح، ولم تنتشر البدع إلا بعد القرون الثلاثة الفاضلة حين صارت للروافض والقرامطة دولة، وكثرت الطرق الصوفية النكدة.
--------
ص64 - كتاب اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم - الموضوع العاشر حول مفهوم البدعة - المكتبة الشاملة الحديثة
--------
الرابط:https://al-maktaba.org/book/11620/53#p3

Lebih lanjut beliau rahimahullah berkata
* أن ما اعتاده بعض الناس، أو حتى أكثرهم، في بلاد المسلمين، من الإقرار ببعض البدع، وعملهم لها، وسكوت بعض العلماء عنها، وعمل بعضهم لها، ودعوة آخرين إليها؛ كل هذا لا يصلح دليلًا على أنها بدع حسنة ومقبولة، ومرضية في دين الله؛ لأن الدليل المجمع عليه إنما هو كتاب الله، أو سنة رسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم وسنة الخلفاء الراشدين والإجماع، وهذه الأصول كلها تبطل البدع، أما مجرد أعمال وأقوال تصدر من بعض المسلمين أو أكثرهم- وإن سموا علماء- فهذا لا يصير دليلًا بالإجماع.
--------
ص64 - كتاب اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم - الموضوع العاشر حول مفهوم البدعة - المكتبة الشاملة الحديثة

Selayaknya dapat difahami bahwa sudah menjadi konsekwensi ketika kita melemahkan suatu pendapat karena pertimbangan dalil-dalil yang digunakan lemah, maka tentu saja kita akan berkesimpulan bahwa amalan itu bid'ah atau haram misalnya. Dan ini adalah perkara yang biasa/lumrah bagi para ulama menyikapinya. Misalnya pendirian Imam Ahmad rahimahullah tentang bid'ahnya qunut subuh terhadap Imam Syafii rahimahullah yang membolehkan qunut subuh. Hanyasaja tidak boleh menerapkan penerapan konsekwensi bid'ah-bid'ah ushuliyah dalam bid'ah masalah ijtihadiyah.‌ 

Kalau kita mendudukan persoalan bid'ah makruhah secara menyeluruh maka tentu kita akan mengembalikan kepada hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam "kullu bid'atun dhalalah" maka dapat difahami secara manthuq bahwa semua bid'ah itu sesat namun secara tafshil tingkat kesesatannya bertingkat-tingkat dan berbeda. Demikian halnya dengan dosa dan kemaksiatan yang bertingkat-tingkat yaitu ada dosa besar ada dosa kecil atau dengan contoh lain ada kufur akbar ada kufur asghar, ada syirik akbar yang mengeluarkan dari keislaman ada juga syirik asghar yang mengurangi kesempurnaan iman.
والله تعالى أعلم بالصواب

Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari perkara bid’ah dalam agama ini.